Tugas
Observasi E-Learning
Oleh:
Kelompok 1
R.M Afif Handri Nabawi (121301010)
M. Yusuf Lubis (121301028)
Vina Aulia Pratiwi (121301072)
Ika Maria (121301114)
Al Mira Putri (121301116)
·
Identitas Sekolah
·
Nama Sekolah :
SMA SWASTA HARAPAN 1 MEDAN
·
Alamat Sekolah : JL. IMAM
BONJOL NO. 35 MEDAN
·
Uang Sekolah :
Rp. 460.000,00,-
·
Konsep E-learning : Singkron, Offline, dan Online
·
Sejak kapan digunakan : 2011 (dua
tahun yang lalu)
·
Uraian Aktivitas Observasi
·
Hari pelaksanaan : KAMIS, 23
MEI 2013
·
Waktu pelaksanaan : 12.30 WIB-14.00 WIB
·
Pembagian Tugas :
Afif : Pelamar kesekolah, Pewawancara
Yusuf : Observer,Pewawancara
Ika : Observer, Pewawancara
Vina : Observer, Pewawancara, Dokumentasi
Mira : Observer, Pewawancara, Dokumentasi
·
Narasumber : Bapak Ahmad Maradhani (Guru TIK)
dan 4 orang siswa kelas XI IPS 1, yaitu Taufiq Al-Idrus, Hana Fairuz Prikania
Lubis, Tengku
Angga Djovanka Putra, dan Tasya.
·
Laporan Hasil Observasi
·
Pendahuluan
Beberapa waktu belakangan ini, beberapa sekolah menggunakan metode
pembelajaran yang baru yaitu e-learning. Sedangkan pengertian e learning adalah
pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang
memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer atau Internet. E-Learning memungkinkan
pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa
harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-learning sering pula dipahami sebagai suatu
bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan
lokal atau internet. Sebenarnya materi e-learning tidak
harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun
internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam
hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan
didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan
CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
Kami mencoba meneliti di sebuah sekolah untuk melihat apakah
konsep pembelajaran e learning ini dapat berfungsi dengan baik dan apakah
metode ini lebih baik dari pada metode pembelajaran yang lama. Di sekolah yang
kami teliti, menggunakan metode e learning sikron, offline, dan online.
·
Landasan Teori
Teori
Pendekatan untuk Pembelajaran
Ada beberapa
pendekatan dalam pembelajaran, diantaranya :
1.
Pendekatan
Behavioral
Behaviorisme
adalah pandangan yang menyatakan bahwa prilaku harus dijelaskan melalui pengalaman
yang dapat diamati bukan dengan proses mental. Menurut kaum behaviouris,
prilaku adalah sesuatau yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung,
sedangkan proses mental adalah pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh
orang lain. Dalam pendekatan behavioral ini, terdapat dua pengondisian yaitu :
a.
Pengondisian Klasik
Yaitu
tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau
mengasosiasikan stimuli. Dalam hal ini, stimulus netral akan diasosiasikan
dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan
respon yang sama. Dalam pengondisian klasik ini, ada dua tipe stimuli dan dua
tipe respons, yaitu :
-
Unconditioned Stimulus (US) : sebuah
stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran
terlebih dahulu.
-
Unconditioned Response : respons yang
tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US.
-
Conditioned Stimulus (CS) : stimulus
yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan respons setelah diasosiasikan
dengan US.
-
Conditioned Response (CR) : respons yang
dipelajari yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul
setelah terjadi pasangan US-CS.
b.
Pengondisian Operan
Yaitu
tipe pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku yang menghasilkan perubahan dalam
probabilitas prilaku itu akan diulangi. Pengondisian operan ini didasakan pada
pandangan E.L. Thorndike yaitu “Hukum Efek Thorndike” yang
menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan
perilaku yang diikuti dengan hasil negatif akan diperlemah. Dalam pengondisian
operan ini ditekankan pada penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).
-
Reinforcement : konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa sesuatu prilaku akan terjadi. Reinforcement ini
terbagi dua yaitu reinforcement positive yang diartikan sebagai frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
Sedangkan reinforcement negative adalah frekuensi respons meningkat karena
diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan.
-
Punishment : konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu prilaku.
2.
Pendekatan
Kognitif
Ada
empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran yaitu :
-
Pendekatan kognitif sosial yang
menekankan bagaimana faktor prilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling
berinteraksi mempengaruhi proses pembelajaran.
-
Pemrosesan informasi, menekankan pada
bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan
proses kognitif lainnya.
-
Konstruktivis kognitif, menekankan
konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
-
Konstruktivis sosial, fokus pada
kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
Motivasi
Motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan
kegigihan prilaku, dengan kata lain prilaku yang termotivasi adalah prilaku
yang penuh energi,terarah dan bertahan lama.
ü Perspektif tentang Motivasi
1. Perspektif
Behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal
sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Pada perspektif ini, digunakan
insetif yaitu peristiwa atau stimuli postif atau negatif yang dapat memotivasi
prilaku murid. Insentif diyakini dapat menambah minat atau kesenangan terhadap
pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang
tidak tepat.
2. Perspektif
Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif
ini berkaitan dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu
harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Hierarki
Kebutuhan Maslow :
2. Kebutuhan
akan rasa aman
3. Kebutuhan
untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan
untuk dihargai
5. Kebutuhan
untuk aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan
yang paling tinggi dan sulit untuk dicapai dalam hierarki kebutuhan maslow
karena dibutuhkan motivasi yang kuat untuk mengembangkan potensi diri secara
penuh sebagai manusia.
3. Perspektif
Kognitif
Menekankan pada pemikiran murid untuk
memandu motivasi mereka sendiri. Persfektif ini juga menekankan arti pentig
dari tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju satu tujuan. Persfektif
kognitif merekomendasikan agar murid lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab
untuk mengontrol hasil prestasi nilai mereka sendiri.
4. Perspektif
Sosial
Setiap manusia memiliki kebutuhan
afiliasi atau keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan
personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dari
motivasi mereka menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan
dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
ü Motivasi untuk Meraih Sesuatu
Terdapat
dua jenis motivasi untuk meraih sesuatu
yaitu :
1. Motivasi
Ekstrinsik
yaitu motivasi untuk melakukan sesuatu
untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi
ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman.
2. Motivasi
Intrinsik
Yaitu motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Orientasi
Belajar
·
Teacher-Centered
Learning (TCL)
Dalam
pendekatan ini fokus di sekolah adalah guru. Perencanaan dan instruksi disusun
dengan ketat oleh guru. Dalam hal ini, guru juga mengarahkan pembelajaran
murid, memiliki ekspetasi yang tinggi atas kemajuan murid, memaksimalisasi
waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha guru untuk
meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.
Perencanaan
Teacher-Centered Learning
Ada
tiga alat umum dalam perencanaan ini :
1. Sasaran
behovioral (prilaku)
Pernyataan tentang perubahan yang
diharapkan oleh guru akan terjadi pada kinerja murid. Menurut Robert Mager
(1962) sasaran bihavioral mengandung tiga bagian:
-
Prilaku murid
-
Kondisi dimana prilaku itu terjadi
-
Kriteria kinerja
2. Menganalisis tugas
Difokuskan pada pemecahan suatau tugas
kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto &
Troutman, 1999). Analisis ini dilakukan melalui tiga langkah (Moyer &
Dardig, 1987) :
-
Menetukan keahlian atau konsep yang
diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
-
Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk
melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dsb.
-
Mendaftar semua komponen tugas yang
harus dilakukan.
3. Menyusun
taksonomi instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi.
Taksonomi bloom oleh Benjamin Bloom dkk. (1956) mengklasifikasikan sasaran
pendidikan menjadi tiga domain :
a. Domain
Kognitif, sasarannya :
-
Pengetahuan
-
Pemahaman
-
Aplikasi
-
Analisis
-
Sintesis
-
Evaluasi
b. Domain
afektif (respons emosional terhadap tugas), sasarannya :
-
Penerimaan
-
Respons
-
Menghargai
-
Pengorganisasian
-
Menghargai karakterisasi
c. Domain
psikomotor, sasarannya :
-
Gerak refleks
-
Gerak fundamental dasar
-
Kemampuan perseptual
-
Kemampuan fisik
-
Gerak terlatih
-
Perilaku nondiskusif
·
Perencanaan
Student-Centered Learning (SCL)
Pada
pendekatan ini fokusnya adalah kepada siswa bukan guru. Dalam hal ini, persepsi
murid terhadap linkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal
dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan
prestasi murid (McCombs, 2001 ; McCombs & Quiat, 2001).
Prinsip
Learner-Centered yang dikembangkan oleh gugus tugas America Psychological
Association (APA) dapat diklasifikasikan menjadi empat faktor :
1. Faktor
kognitif dan metakognitif , terdiri dari 6 prinsip :
-
Sifat proses pembeljaran
-
Tujuan proses pembelajaran
-
Konstruksi pengetahuan
-
Pemikiran stategis
-
Memikirkan tentang pemikiran
(metakognisi)
-
Konteks pembelajaran
2. Faktor
motivasi dan emosional
-
Pengaruh motivasi dan emosi terhadap
pembelajaran
-
Motivasi instrinsik untuk belajar
-
Efek motivasi terhadap usaha
3. Faktor
sosial dan developmental
-
Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
-
Pengaruh sosial terhadap pembelajaran
4. Faktor
pebedaan individual
-
Perbedaan individual dalam pembelajaran
-
Pembelajan dan diversivitas
-
Standar dan penilaian
Managemen Kelas
Managemen kelas yang efektif akan
memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer,
& Worsham, 2003). Menegemen lingkungan yang baik adalah mendesain
lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan
yang positif untuk pembelajaran, menbangun dan menegakkan aturan, mengajak
murid berkerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan stategi
komunikasi yang baik.
Ada dua tujuan managemen kelas yang
efektif : membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan
mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah
murid mengalami problem akademik dan emosional.
Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
·
Gaya Penataan
-
Gaya auditorium tradisional, semua murid
duduk menghadap guru.
-
Gaya tatap muka (face to face), murid
saling menghadap satu sama lain.
-
Gaya off-set, sejumlah murid (3-4 orang)
duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
-
Gaya seminar, sejumlah besar murid (10
atau lebih) duduk din susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.
-
Gaya Klaster (cluster), sejumlah murid
(4-8 orang) berkerja dalam kelompok kecil.
Menciptakan
Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
·
Strategi Umum
-
Gaya otoritatif
Guru yang otoritatif akan cendrung
mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau berkerja sama dengan teman,
dan menujukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoritatif akan melibatkan
murid dalam kerja sama give-and-take dan menujukkan sikap perhatian kepada
mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan
dari murid. Stategi menagemen kelas yang otoritatif akan mondorong murid untuk
menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.
-
Gaya otoritarian
Gaya yang restriktif dan punitif. Fokus
utamanya adalah menjaga ketertiban kelas,bukan kepada pembelajaran dan
pengajaran. Guru yang otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak
banyak melakukan percakapan dengan murid. Murid di kelas ini cendrung pasif,
tidak mau membuat inisiatif aktivitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang
perbandingan sosial, dan memilki keterampilan komunikasi yang buruk.
-
Gaya permisif
Pada gaya ini guru memberi banyak otonomi pada
murid, namun tidak memberi banyak dukungan untukpengembangan keahlian
pembelajaran atau pengelolaan prilaku mereka. Murid di kelas ini akan cendrung
mempunyai kaehlian akademik yang tidak memadai dan kontol diri yang rendah.
·
Objek Penelitian
Objek penelitian kami adalah anak SMA HARAPAN 1
MEDAN kelas XI IPS 1
·
Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan observasi dilakukan di ruangan
lab. komputer yang melibatkan siswa kelas XI IPS 1 yang berjumlah 35 orang.
·
Pelaksanaan
Pelaksanaan observasi dilakukan di SMA Harapan 1
Medan. Pelaksanaan observasi dimulai pada pukul 12.30 WIB dan berlangsung
selama 90 menit.
·
Laporan Penelitian
Hasil wawancara dengan
guru
Hasil
penelitian yang kami dapat dari wawancara guru kelas, bapak Ahmad
Maradhani yang telah sudah mulai
mengajar di SMA Harapan 1 sejak Januari 2011, bahwa E-learning itu sendiri yang
merupakan pembelajaran secara online sudah mulai diterapkan di SMA Harapan 1.
Namun sayangnya terhambat pemakaiannya dikarenakan server dan website yang
bermasalah, oleh karena itu untuk mengatasi hambatan ini, maka bapak Ahmad
mencari solusi dengan cara membuat blog pribadi yang digunakan untuk siswa
dapat mengambil materi, khususnya dalam mata pelajaran yang diajarkan beliau
yaitu TIK. Namun khusus dalam ujian
Bapak Ahmad sendiri menyatakan belum menggunakan metod ujian online hal ini
juga dipengaruhi keadaan website yang tidak mendukung namun beliau meyakini
bahwa setelah website sekolah tersebut sudah diselesaikan prosesnya maka akan
banyak berfungsi untuk mendukung adanyan e-learning dan metode ujian online
yang disertakan video pembelajaran dan bukan hal yang tidak mungkin mungkin
saja bisa direalisasikan juga. Bapak Ahmad mengatakan bahwa E-learning yang
diterapkan dari website tersebut prosesnya sudah berlangsung selama dua tahun
yang didukung oleh direktorat pendidikan. Dalam hambatan penggunaan E-Learning
itu sendiri bapak Ahmad mengakui bahwa E-learning di SMA Harapan 1 sendiri
masih belum direalisasikan karena server dan website yang masih dalam perbaikan
dan proses penyelesaian sebagai contohnya saat murid dan guru jika ingin masuk
ke website tersebut mengalami kesulitan dalam hal me-login, namun beliau yakin tidak akan lama lagi hambatan tersebut
akan dapat di atasi. Terlebih lagi banyak guru-guru di SMA Harapan 1 yang sudah
mulai meng-update bahan ajar mereka
di website tersebut yang menjadi bukti bahwa website tersebut memang sudah
mulai dioperasikan.
Saat
ditanyakan peran dan manfaat E-Learning itu sendiri pak Ahmad mengakui
E-Learning itu sendiri sangat bermanfaat, beliau merasa terbantu juga
dikarenakan dalam menggunakan E-Learning akan membantu guru agar lebih efisien
dan hemat waktu untuk mengoreksi tugas dan juga menghemat biaya karena tidak
perlu mem-fotocopy bahan ajar yang perlu dibagikan kepada siswa satu per satu.
Namun manfaat E-Learning yang paling utama ialah siswa dapat mengakses
pelajaran dimana saja dan kapan saja, juga tidak menyusahkan mereka untuk
membawa buku yang banyak, cukup menggunakan teknologi saja, contohnya dapat
mengaksesnya lewat handphone, ataupun laptop, ditambah banyak murid yang sudah
dilengkapi dengan ipad, Tablet dan smartphone lainnya yang dapat mendukung
E-Learning itu sendiri. Bapak Ahmad sendiri lebih memilih E-Learning dalam
proses belajar dan mengajar dikarenakan tuntutan jaman sekarang, bahwa sekolah
perlu memiliki teknologi seperti contohnya komputer untuk mempermudah proses
belajar. Hal ini juga mempengaruhi tuntutan yang mengharuskan guru wajib
mengetahui teknologi. Di SMA harapan 1 sendiri sudah memiliki 75% guru yang
memang sudah mahir teknologi khususnya komputer. Namun saat ditanyakan keadaan
siswa yang belum bisa dilepas jika belajar alias masih perlunya pengawasan. Pak Ahmad mengakui penggunaan E-Learning
itu juga tidak bisa spotan dilaksanakan dikarenakan siswa belum bisa mandiri
dalam belajar dan harus diawasi secara langsung. Contohnya saja jika diberikan
tugas atau ujian, sang guru tidak dapat memastikan bahwa siswa tersebutlah yang
mengerjakan tugas tersebut secara pribadi tanpa adanya bantuan orang lain. Menanggapi
hal ini, pak Ahmad mengatakan untuk sekarang lebih baik siswa menggunakan
E-Learning namun tetap di bawah pengawasan langsung oleh guru. Dalam hal
student centered learning dan teacher centered learning sendiri bapak Ahmad
menyatakan bahwa masih lebih cocok menggunakan teacher center learning
khususnya di SMA Harapan 1. Karena siswa belum bisa diberikan tanggung jawab
untuk mencari materi sendiri dalam proses belajar mengajar.
Salah satu anggota kami (Yusuf ) saat mewawancarai Tengku Angga Djovanka Putra
Murid sedang memperhatikan instruksi guru
Guru memberikan instruksi menggunakan mic sambil memantau muridnya
Murid memperhatikan tugas yang diberikan
Observer
Observer
·
Evaluasi
Berdasarkan dari hasil observasi yang telah
dijelaskan diatas, kami menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa yang kami
wawancarai belum terlalu mengenal apa itu e-learning, sistem yang digunakan
pada saat e-learning, dan konsep e-learning yang pernah digunakan oleh mereka.
Padahal mereka sudah sering menggunakan e-learning dalam kegiatan sehari-hari.
·
Rangkuman Hasil Observasi
·
Rangkuman menurut Kelompok
Observasi yang kami lakukan di sekolah SMA
harapan 1 swasta, metode pembelajaran yang mereka lakukan adalah metode
behavioral. Ini dikarenakan guru menekankan imbalan dan hukuman dalam
menentukan motivasi murid. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru menggunakan
TCL (teacher centered learning). Ini dapat dilihat dari guru yang mengajar di
kelas dan menjadi pusat pembelajaran. Seperti memberi instruksi secara langsung
kepada murid. Sedangkan gaya pembelajaran yang digunakan adalah gaya
otoritatif. Ini dapat dilihat dari guru yang mengajak murid untuk bekerja sama
dalam melakukan pembelajaran. Tapi sayangnya pembelajaran yang dilakukan
didalam kelas kurang baik. Ini dikarenakan masih ada murid yang datang
terlambat, padahal mereka sedang ujian. Dan juga kondisi kelas yang berisik
selama pembelajaran.
·
Rangkuman Pribadi
Menurut saya
pribadi, selama saya melakukan proses observasi di sekolah tersebut, saya
melihat bahwa proses pembelajaran pada saat itu berlangsung dalam keadaan yang
tidak tertib. Padahal pada saat itu, mereka sedang mengadakan ujian praktek
pelajarn TIK. Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, saya berpendapat bahwa
mereka menggunakan teori belajar behavioral. Dalam pandangan mengenai motivasi,
mereka mengarah pada pandangan behavioral yang menekankan
imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
Sebagian dari murid-murid tersebut memiliki motivasi ekstrinsik karena mereka
mengikuti kelas tersebut bertujuan untuk mendapatkan nilai bukan karena mereka
ingin tahu mengenai hal tersebut. Orientasi belajar yang digunakan dalam proses
belajar mengajar adalah Teacher Centered Learning (TCL). Karena pada saat
observasi berlangsung, guru mempunyai peran penting dalam berlangsungnya
pembelajaran, seperti menginstruksi murid tentang apa saja yang harus dilakukan,
dan memantau perilaku murid. Gaya pengajaran guru dalam manajemen kelas,
cenderung mengarah ke dalam gaya otoritatif karena guru melibatkan murid dalam
kerja sama give-and-take dan menujukkan sikap perhatian kepada mereka,
menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari
murid. Stategi menagemen kelas yang otoritatif akan mondorong murid untuk
menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen. Gaya penataan kelas
yaitu guru duduk di paling belakang dan memberi instruksi melalui mic dan murid
mendengarkan instruksi dan memperhatikan kedepan untuk melihat cara pengerjaan
yang ditunjukkan oleh guru tersebut melalui infokus.
·
Testimoni Tentang Perencanaan dan Proses Observasi
R.M
Afif Handri Nabawi
Pada
awal memasuki lab komputer SMA Harapan 1 Medan, saya merasa tidak asing
sekaligus melepas rindu dengan SMA saya tercinta tersebut. Observasi kali ini
saya rasa berbeda dari yang sebelumnya karena kebetulan saya mengenal dekat
beberapa junior saya yang kami observasi sehingga observasi menjadi lebih real.
Terlebih selama proses observasi berlangsung, saya mendapat kesempatan untuk
menyampaikan maksud kedatangan kelompok kami ke sekolah tersebut dan kami
mendapat sambutan yang sangat ekshiliratif. Berkaca dari kesuksesan hasil
observasi kami, saya masih mengingat bagaimana kerjasama kelompok kami yang
sangat tangkas dan cepat serta teliti dalam proses observasinya dimana tugas
yang kami selesaikan sangat terintregasi. Disisi lain, saya mengamati (sebagai
observer) berusaha seobjektif mungkin menangkap proses-proses dan segala
kejadian yang terkombabulasi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tentu saja
observasi kali ini menjadi salah satu yang spesial bagi saya dimana ‘keunikan’
siswa siswi SMA harapan 1 yang notabene junior dekat saya sangat terevelasi.
Mulai dari cara mereka memulai pembelajaran, respon terhadap guru dan observer
serta dinamika kelas yang sangat dramatis. Output apa yang saya dapatkan? Dari
sekian banyak hasil yang saya dapatkan, dapat saya asersikan bahwa ilmu
psikologi pendidikan sangatlah aplikatif, terbukti sebagaimana teori-teori yang
diajarkan dapat terlihat pada siswa. Lalu juga ternyata dinamika kelas dan cara
pengajaran sangat memperngaruhi bagaimana jalannya kelas secara keseluruhan.
Dan yang paling utama adalah konsep e-learing serta implementasinya pada
pengajaran yang terbukti sangat mumpuni dalam memfasilitasi siswa ataupun
minimal menjadi suatu hal penunjang yang sangat efektif. Terlepas dari segala
asumsi dan premis mengenai observasi kali ini, saya salut kepada kelompok saya
dan kesempatan kami untuk melakukan observasi di SMA Harapan 1 Medan. Overall,
observasi psikologi pendidikan sangat berkesan dan melekat dihati.
Muhammad Yusuf Lubis
Pada
saat tugas ini diberikan saya merasa senang dan juga merasa sedikit gugup dalam
mengerjakan tugas ini. Ini dikarenakan, baru pertama kali ini saya melakukan
observasi ke sekolah. Pada awalnya kami bingung menentukan sekolah mana yang
akan kami jadikan tempat kami melakukan observasi. Ini dikarenakan kami belum
memahami dengan jelas apa itu elearning, tapi setelah mendapat penjelasan dari
ibu dina tentang elearning pada saat dikelas. Pikiran kami mulai terbuka dalam
menentukan sekolah mana yang akan kami pilih. Akhirnya kami memilih melakukan
observasi di sekolah SMA Harapan 1. Kebetulan salah seorang anggota kelompok
kami adalah alumni dari sekolah tersebut. Pada saat hari H, kami melakukan
observasi dengan membagi tugas. Selama proses observasi, saya dapat melihat
beberapa teori psikologi pendidikan yang digunakan selama pembelajaran.
Vina Aulia Pratiwi
Selama
kegiatan observasi ini dilakukan saya mendapat banyak pelajaran baru. Karena
ini merupakan pertama kalinya saya melakukan observasi langsung selama saya
menjadi mahasiswa, saya menjadi sangat antusias. Selama kegiatan observasi ini
berlangsung kami dapat mengobservasi dengan baik. Para peserta yang diobservasi
pun terlihat bertindak seperti biasa tanpa merasa bahwa mereka sedang
diobservasi. Melalui kegiatan observasi ini saya dapat melihat berbagai hal
dari peserta yang diobservasi. Saya melihat bagaimana motivasi mereka mengikuti
pelajaran tersebut, bagaimana orientasi belajar yang mereka lakukan, teori
pembelajaran apa yang mereka gunakan, dan bagaimana manajemen kelas yang ada
pada ruangan tersebut, sehingga saya bisa mengaitkan teori-teori yang telah
saya pelajari pada mata kuliah psikologi pendidikan ke dalam observasi yang
kami lakukan tersebut. Kegiatan observasi ini sangat membantu saya untuk lebih
mengerti lagi tentang teori-teori yang telah saya pelajari karena saya dapat
melihat langsung pengaplikasiannya pada kegiatan observasi ini. Namun, pada
saat kegiatan wawancara hanya beberapa orang yang mengerti mengenai konsep
e-learning yang sedang kami observasi ini, kebanyakan dari mereka tidak mengerti
apa sebenarnya e-learning itu padahal
pada saat itu mereka telah melakukan kegiatan pembelajaran yang
menggunakan metode e-learning itu sendiri.
Ika Maria
Perencanaan peneltian diputuskan sehari sebelum prakteknya.
Kelengkapan observasi kami lengkapi pada hari H. Dalam proses observasi sendiri
sangat terbantu dikarenakan ada anggota kelompok kami yang merupakan alumni
sekolah tersebut namun hambatannya adalah ketika kelompok kami dan kelompok
lain yang juga memiliki hari yang sama dengan kami observasinya. Maka kami
berdiskusi agar tidak saling bertabrakan dalam menyelesaikan Obsrevasi ini.
Dalam proses wawancara dan melihat keadaan kelas juga terbilang tepat waktu
dari yang kami harapkan.
Al Mira Putri
Testimoni saya mengenai perencanaan dan proses observasi adalah
pada saat tugas ini diberikan, kami sudah tahu sekolah mana yang akan di
observasi. Lalu Afif sebagai alumni sekolah tersebut datang ke sekolah itu dan
bertanya kepada guru TIK disekolah itu untuk menanyakan jadwal yang pas untuk
melakukan observasi. Setelah jadwalnya sudah fix, kami melakukan observasi ke
sekolah tersebut. Kami sampai di sekolah itu pukul 11.30 WIB dan kami harus
menunggu selama 90 menit untuk dapat melakukan observasi karena kelasnya baru
mulai pada pukul 13.00 WIB. Sebelum observasi dimulai, kami memperkenalkan diri
terlebih dahulu kepada guru dan siswa-siswi di kelas itu. Setelah itu kami
melakukan observasi. Saat observasi berlangsung, kami memperhatikan proses
pembelajaran yang berlangsung, seperti perilaku siswa yang berada di kelas
tersebut, peran guru, dan lingkungan yang mendukung terjadinya proses
pembelajaran, seperti benda-benda atau perangkat yang digunakan. Sebelum kelas
berakhir, kami melakukan proses wawancara kepada 5 orang murid dan guru yang
terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar